Wednesday, 16 March 2016

TAFSIR SURAT ASY - SYAMS

سورة الشمس
TAFSIR SURAT ASY - SYAMS
(Matahari) [1]
Surat Makkiyyah, Surat ke-91: 15 ayat


"Dengan menyebut Nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang."

١. وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا
٢. وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا
٣. وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا
٤. وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا
٥. وَالسَّمَاء وَمَا بَنَاهَا
٦. وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا
٧. وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا
٨. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
٩. قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا
١٠. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

1.        Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
2.        dan bulan apabila mengiringinya,
3.        dan siang apabila menampakkannya,
4.        dan malam apabila menutupinya,
5.        dan langit serta pembinaan­nya,
6.        dan bumi serta penghamparannya,
7.        dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8.        maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan,
9.        sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10.    dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams[91]:1-10)

Mujahid mengatakan:(وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا)  "Demi matahari dan cahayanya di pagi hari," yakni sinarnya. Sedangkan Qatadah mengatakan:(وَضُحَاهَا)  "Pada pagi hari," yakni siang secara keseluruhan. Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang benar adalah dengan mengatakan: "Allah bersumpah dengan matahari dan siangnya, karena sinar matahari yang paling tampak jelas adalah pada siang hari.

 (وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا)"Dan bulan apabila mengiringinya," Mujahid mengatakan: "Yakni mengikutinya." Sedangkan Qatadah mengatakan: "Yakni jika meng­ikutinya pada malam bulan purnama, jika matahari tenggelam maka rembulan akan muncul. Ibnu Zaid mengatakan: "Bulan mengikutinya pada pertengahan pertama setiap bulan. Kemudian matahari mengikutinya, di mana bulan mendahuluinya pada pertengahan terakhir setiap bulan."

Dan firman-Nya: (وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا) "Dan siang apabila menampakkannya." Mujahid mengatakan: "Bersinar." Sedangkan Qatadah mengatakan: (وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا) ‘Dan siang apabila menampakkannya,' jika diliputi oleh siang." Ibnu Jarir mengatakan: "Sebagian penduduk Arab menafsirkan hal tersebut dengan pengertian: 'Jika siang menyelimuti gelap,' karena dalalah pembicaraan mengarah ke sana. Dapat saya katakan, jika orang yang mengatakan itu menafsirkan: (وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا) "Dan siang apabila menampakkannya," dengan pengertian bentangan, maka akan lebih baik dan akan benar pula pe­nafsirannya terhadap firman Allah Ta'ala: (وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا) "Dan malam apabila menutupinya," niscaya akan lebih baik dan kuat. Wallaahu a'lam. Oleh karena itu, mengenai firman-Nya: (وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا) "Dan siang apabila menampakkannya," Mujahid mengatakan: "Yang demikian itu sama seperti firman Allah Ta'ala:  (وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى)’Dan siang apabila terang benderang.' (QS. Al-Lail: 2)."

Sedangkan Ibnu Jarir lebih memilih untuk mengembalikan dhamir (kata ganti) dalam semuanya itu pada matahari, karena arus penyebutannya. Dan mengenai firman Allah Ta'ala: (وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا) "Dan malam apabila menutupinya," mereka mengatakan: "Yakni jika malam menutupi matahari, yaitu saat matahari terbenam sehingga seluruh ufuk menjadi gelap."

Firman Allah Ta'ala: (وَالسَّمَاء وَمَا بَنَاهَا) "Dan langit serta pembinaan­nya,'' kata maa di dalam ayat ini mencakup kemungkinan sebagai mashdar dengan pengertian, "Dan langit dan pembangunannya." Yang demikian itu merupakan pendapat Qatadah. Dan mungkin juga kata maa tersebut berani man (siapa), dengan pengertian, "Langit dan yang membangunnya". Dan yang terakhir ini merupakan pendapat Mujahid. Kedua pengertian tersebut saling berhubungan. Dan kata al-binaa' berani peninggian. Demikian pula firman Allah Ta'ala:(وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا)  "Dan bumi serta penghamparannya," Mujahid, Qatadah, adh-Dhahhak, as-Suddi, ats-Tsauri, Abu Shalih, dan Ibnu Zaid mengatakan: طَحَاهَا berani menghamparkannya. "Dan itulah yang paling populer. Pengertian itu pula yang diberikan oleh mayoritas ahli tafsir dan yang dikenal oleh para ahli bahasa.
Firman Allah Ta'ala,(وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا)  "Dan jiwa serta penyempurnaannya," yakni penciptaan-nya yang sempurna lagi tegak pada fitrah yang lurus.

Sedangkan firman-Nya, (فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا) "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan," yakni Dia mengarahkan kepada kekejian dan ketakwaan. Artinya, Dia menjelaskan kepadanya seraya
menunjukkan kepada apa yang ditakdirkan untuknya.

Mengenai firman-Nya,(فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا) "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan," Ibnu 'Abbas mengatakan: "Dia menjelaskan yang baik dan yang buruk kepadanya." Demikian pula yang disampaikan olehMujahid, Qatadah, adh-Dhahhak, dan ats-Tsauri. Ibnu Jarir menceritakan dari Abui Aswad ad-Daili, dia berkata, 'Imran bin al-Hushain pernah berkata kepadaku, "Tahukah engkau apa yang dikerjakan dan diupayakan oleh ummat manusia di sana maka akan diberikan keputusan kepada mereka dan diberlakukan pula ketetapan bagi mereka, baik ketetapan yang telah berlalu maupun yang akan mereka terima dari apa yang dibawa oleh Nabi mereka, Muhammad صلي الله عليه وسلم, dan ditegaskan pula hujjah bagi mereka?" Aku katakan: "Tetapi ada sesuatu yang telah ditetapkan bagi mereka." Dia bertanya, "Apakah yang demikian itu berupa kezhaliman?" -Dia berkata, maka aku benar-benar terkejut mendengarnya. Dia berkata, lalu kukatakan kepadanya, "Tidak ada sesuatu punmelainkan Dia yang menciptakan dan menguasainya, dia tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang Dia kerjakan tetapi mereka yang akan dimintai tanggung jawab." Dia berkata, "Mudah-mudahan Allah meluruskanmu, sesungguhnya aku bertanya kepadamu hanya untuk menguji akalmu bahwasanya ada seseorang dari Muzinah atau Juhainah datang kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم seraya bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurut pendapatmu tentang apa yang dikerjakan dan diusahakan ummat manusia di sana, adakah sesuatu yang ditetapkan atas mereka dan berlaku bagi mereka ketetapan yang telah lebih dulu ada ataukah sesuatu yang mereka terima dari apa yang dibawa oleh Nabi mereka صلي الله عليه وسلم serta ditegaskan hujjah atas mereka?" Beliau menjawab, "Tetapi sesuatu telah ditetapkan atas mereka." Orang itu bertanya, "Lalu untuk apa kami beramal?" Beliau menjawab, "Barangsiapa diciptakan oleh Allah untuk salah satu dari kedua kedudukan yang disediakan untuknya. Dan yang membenarkan hal tersebut terdapat di dalam Kitabullah Ta'ala: (وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا) "Dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan." Diriwayat­kan oleh Ahmad dan Muslim.

Firman Allah Ta'ala,  (قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا)  "Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." Ada kemungkinan hal itu berani beruntunglah orang yang menyucikan dirinya, yakni dengan mentaati Allah, sebagaimana yang dikemuka-kan oleh Qatadah, dan membersihkannya dari akhlak tercela dan berbagai hal yang hina. Hal senada juga diriwayatkan dari Mujahid, 'Ikrimah, dan Sa'id bin Jubair. Dan seperti firman-Nya: (قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّى. وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى) "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat Nama Rabb-nya, lalu dia shalat." (QS. Al-A'laa: 14-15).

 (وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا)"Dan sesungguhnya merugilah orangyang mengotori­nya." Yakni mengotorinya, yaitu membawa dan meletak-kannya pada posisi menghinakan dan menjauh-kan dari petunjuk sehingga dia berbuat maksiat dan meninggalkan ketaatan kepada Allah dan mungkin juga mempunyai pengertian; beruntunglah orang yang disucikan jiwanya oleh Allah dan merugi­lah orang-orang yang jiwanya dibuat kotor oleh-Nya. Sebagaimana yang di­sampaikan oleh al-'Aufi dan 'Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu 'Abbas. Imam Ahmad meriwayatkan dari Zaid bin Arqam, dia berkata: "Rasulullah صلي الله عليه وسلم telah bersabda:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ. اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَـهـَا
'Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan ke­malasan, juga ketuaan, pengecut, kikir dan adzab kubur. Ya Allah, berikanlah ketakwaan pada jiwaku dan sucikanlah, sesungguhnya Engkau sebaik-baik Rabb yang menyucikannya, Engkau Pelindung sekaligus Penguasanya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak pernah khusyu' dan dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, juga ilmu yang tidak bermanfaat serta do'a yang tidak dikabulkan."'

Zaid berkata: "Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah mengajarkan do'a itu kepada kami dan kami pun mempelajarinya." Diriwayatkan oleh Muslim.

١١. كَذَّبَتْ ثَـمُودُ بِطَغْوَاهَا
١٢. إِذِ انبَعَثَ أَشْقَاهَا
١٣. فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا
١٤. فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُم بِذَنبِهِمْ فَسَوَّاهَا
١٥. وَلَا يَخَافُ عُقْبَاهَا
11.    (Kaum) Tsamud telah mendustakan (Rasulnya) karena mereka melampaui batas,
12.    ketika bangkit orang yang pating celaka di antara mereka,
13.    lalu Rasul Allah (Shalih) berkata kepada mereka; " (Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya."
14.    Lalu mereka mendusta­kannya dan menyembelih unta itu, maka Rabb mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyamaratakan mereka (dengan tanah)
15.    dan Allah tidak takut terhadap akibat-tindakan-Nya itu.(QS. Asy-Syams [91]: 11-15)

Allah Taala mengabarkan tentang kisah kaum Tsamud, di mana mereka mendustakan Rasul-Rasul mereka yang disebabkan karena adanya kesewenang-wenangan dan melampaui batas dalam diri mereka. Oleh karena itu, Allah
menimpakan kedustaan dalam diri mereka terhadap petunjuk dan keyakinan yang dibawa oleh Rasul mereka
عليه السلام. 

(إِذِ انبَعَثَ أَشْقَاهَا) "Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka," yakni kabilah yang paling celaka, yaitu Qadar bin Salif yang telah membunuh unta, yang tidak lain dia adalah Uhaimar Tsamud. Dialah yang pernah difirmankan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya:الآيه   (فَنَادَوْا صَاحِبَهُمْ فَتَعَاطَى فَعَقَرَ)"Kemudian mereka memanggil kawan mereka, lain dia pun datang lalu menyembelihnya' dan ayat seterusnya. (QS. Al-Qamar: 29). Orang ini sangat mulia dan dihormati oleh kaumnya sekaligus sebagai pemimpin yang ditaati. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari 'Abdullah bin Zam'ah, dia berkata: "Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah berkhutbab, lalu beliau menyinggung masalah unta (unta Shalih) dan menyebutkan orang yang menyembelihnya, di mana beliau bersabda: 
(إِذْ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا) اِنْبَعَثَ لَـهـَا رَجُلٌ عَارِمٌ عَزِيزٌ مَنِيعٌ فِي رَهْطِهِ مِثْلُ أَبِي زَمْعَةَ
'Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. Bangkitlah se­seorang yang besar, yang paling disegani di tengah-tengah kaumnya, seperti Abu Zam'ah"

Diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam kitab at-Tafsiir dan juga Muslim di dalam kitab Shifatun Naar. Juga at-Tirmidzi dan an-Nasa-i dalam kitab at-Tafsiir pada kitab Sunan keduanya.


Firman Allah Ta'ala: (فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ) "Lalu Rasul Allah berkata kepada mereka," yakni Nabi Shalih عليه السلام.(نَاقَةَ اللَّهِ)  "Unta betina Allah." Maksudnya, jauhkan diri kalian dari unta Allah dan janganlah kalian menggangunya, (وَسُقْيَاهَا) "Dan minumannya." Maksudnya, janganlah kalian berlebihan dalam meminumnya, karena ia mempunyai jatah minum satu hari dan kalian pun mempunyai jatah minum satu hari tertentu.

 Allah Ta'ala berfirman: (فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا) "Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu," yakni mereka mendustakan apa yang dibawa oleh Rasul عليه السلام kepada mereka, sehingga sikap mereka itu dibalas dengan hukuman berupa penyembelihan unta betina yang dikeluarkan oleh Allah dan bebatuan sebagai tanda kekuasaan bagi mereka sekali- sebagai hujjah atas mereka.

(فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُم بِذَنبِهِمْ) "Maka Rabb mereka membinasakan mareka disebabkan dosa mereka," yakni kemurkaan Allah atas mereka dan menimpakan kebinasaan atas mereka. (فَسَوَّاهَا) "Lalu Allah menyamaratakan mereka (dengan tanah),' yakni Dia menjadikan hukuman itu turun kepada mereka secara merata. Qatadah mengatakan: "Kami pernah mendengar bahwa Uhaimar Tsamud tidak menyembelih unta betina itu melainkan (pasti) diikuti oleh anak-anak dan orang-orang dewasa di antara mereka, laki-laki maupun perempuan di antara mereka. Setelah kaumnya ikut menyembelihnya maka Allah menyamaratakan mereka dengan tanah atas dosa yang telah mereka lakukan.
Dan firman-Nya, (وَلَا يَخَافُ) "Dan Allah tidak takut,'' [2] dan  juga dibaca dengan فَلَا يَخَافُ.[3] (عُقْبَاهَا) "Terhadap akibat tindakan-Nya itu." Ibnu 'Abbas mengatakan: "Allah tidak takut terhadap tuntutan dari siapa pun juga." []




[1]     Disalin dari kitab Tafsir Ibnu Katsir jilid 8 terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
[2]     Dibaca dengan menggunakan wawu oleh Hamzah, Abu ‘Amar, Ibnu Katsir dan al-Kisa`i
[3]     Dibaca dengan menggunakan fa oleh Nafi’ dan Ibnu ‘Amir.

No comments:

Post a Comment